Cerita ini Hanya Fiktif Belaka
Pic : Little Things Called Love Movie
Aku
Sri. Sri Sultan . . Sri Mulyani. .
atau Sri Suryani? Tentu saja bukan?
Mereka adalah orang-orang luar biasa. Namaku cukup Sri saja tidak ada
kepanjangannya, namun khayalanku ingin seperti mereka, nampaknya itu
angan-angan saja, oke Skip.
Maklum
aku lahir di sebuah desa yang dihiasi bukan dengan kendaraan beroda empat
ataupun beroda dua tapi hiasan alam yang dititipkan oleh Tuhan yaitu Gunung, yess desaku diampit dua gunung aktif
gunung Galunggung dan Gunug Gede, Serem? Yah memag sih kedengarannya menakutkan
namun kau tahu kawan ketika pagi datang indahnya luar biasa bukan lagi seperti
Bali atau pun Jeju Island.
Tapi lebih
indah dari itu, kalau penasaran datang saja ke desaku kawan, desa Kertasari
Sindang Barang Cianjur Provinsi Jawa Barat Indonesia.
Ya
desaku nampaknya benar-benar desa bukan istilah ataupun pribahasa untuk
mendapatkan perhatian publik seperti yang ada di Tv-tv. Benar, aku satu-satunya
anak daerah Kertasari nama desaku ini yang melanjutkan pendidikan ke tingkat
SMP.
Kau tahu kawan? Teman sebayaku sudah pada menikah serta punya anak,
nampaknya mimpi yang sering dikatakan Mario
Teguh tidak sampai ke desa kami. Bagaimana bisa kami masih bermimpi, toh
mimpi tidak akan merubah hidup kami itulah pikiran teman-teman disini.
Sepertinya istilah mimpi atau Dream
hanya berlaku untuk orang di Jakarta sana, yang punya mobil besar, rumah mewah,
makan Roti dan Selai tiap pagi serta
sekolah sampai Sarjana. Bandingkan saja dengan kami bangun pukul 5 pagi,
sembahyang makan ubi bakar langsung ngantor, meskipun kantor kami adalah ladang
tetap saja kami kerja seperti orang jakarta sana, yah bedanya orang jakarta
bekerja menggunakan otak kami hanya menggunkana otot saja.
Tapi itu lebih baik,
orang yang bekerja dengan otak kalau bangkrut tipu sana tipu sini, lah kalau
kami paling-paling kalau gagal panen pukul sana-pukul sini.
Yaps
Sekolahku di SMP Negeri 1 Cianjur sekolah favorite buat kami, cukup jauh sih jarak dari desa Kertasari ke
sekolah ini, makanya aku disuruh numpang idup di rumah saudaraku, bayangkan
kalau aku pergi bolak-balik bisa-bisa setelah lulus kaki ku bengkok sebelah
karena berjalan kaki ke sekolah tiap pagi.
Kau tahu kawan naik motor saja
sekitar 4 jam baru sampai, apalagi berjalan kaki mungkin sekitar 2 hari. Nah,
untung kan punya saudara yang tinggal di perkotaan meskipun bukan Jakarta.
Alahmdulilah deh ya.
Tiap
pagi aku suka berjualan gorengan di sekolah, yah itung-itung buat beli bakso
kalau lagi laper. Meskipun merepotkan sih bawanya tapi mau gimana lagi kalau ga
begitu jangankan beli bakso buat bayar ongkos angkot ke sekolah aja duit
melebihi cukup “limited”.
Sering aku
lihat para siswa itu pergi naik mobil pribadi dan pulang jalan-jalan ke Alfa mart, bagiku alfamart itu kaya mall terbesar, yah hampir semua barang-barang ada
disitu beda sama warung Ibu aku dirumah Cuma ada dorokdok, permen, sabun dan paling telor ayam.
Bapak
aku insinyur? Bukan, Dokter? Apalagi itu jelas bukan, Tentara? Hahaha bukan ko.
Bapak aku seseorang yang mempunyai komunitas pekerjaan paling luas di indonesia
sekitar 60% perekonomian dan ciri khas negara bergantung sama pekerjaan bapak
kami juga teman-temanya.
Ya Petani, antara bangga dan tidak sih, kadang aku
kasian melihat beliau berpakaian compang-camping untuk ngantor, apalagi pulang
ngantor bapakku seakan-akan pake lulur tanah hampir di semua bagian tubuh.
Ketika aku lihat jempol kakinya kawan, bukan lagi kotoran kuku yang nempel tapi
kerikil juga batu nyangkut disitu.
Yah mau gimana lagi Cuma itu yang bisa
dilakukan, tapi jangan salah warga kertasari meskipun terlihat serba kekurangan
urusan bersyukur kepada Allah SWT itu nomer wahid, ini sebenarnya yang jadi
motivasi hidup kami yakni inti dari dunia sementara ini adalah akhirat. Itulah
pendidkian terpenting dari semua ilmu pendidikan duniawi. Alhamdullilah aku
bersyukur berada diantara warga yang berilmu akhirat tinggi.
BERSAMBUNG DULU YAAA. . .